Jaga Kelestarian dengan Menciptakan Kawasan Eco Wisata

Rabu, 24 April 2019 - 10:22 WIB
Jaga Kelestarian dengan Menciptakan Kawasan Eco Wisata
Jaga Kelestarian dengan Menciptakan Kawasan Eco Wisata
A A A
CONSERVATION International (CI) Indonesia menciptakan kawasan eco wisata di beberapa kawasan di Garut. Di beberapa desa penyangga kawasan ini akan difokuskan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat berada di lima desa, yaitu Desa Sarimukti, Barusari, Karyamekar, Padaawas, dan Cihauk.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat terfokus pada beberapa kegiatan, antara lain identifikasi dan pemetaan masyarakat, survei sosioekonomi masyarakat, Forum Group Discussion dengan kelompok masyarakat, pembuatan demplot biogas, pertanian, peternakan, dan perikanan, serta pendampingan di masyarakat (live in).

Selain itu, juga dilakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan masyarakat melalui pelatihan pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan pohon, pembuatan pupuk organik dan pestisida organik.

Selain iut, juga demplot biogas, pertanian, peternakan dan perikanan terintegrasi, serta penguatan kelembagaan kelompok masyarakat. “Dikembangkan juga kawasan eco wisata dengan melibatkan penduduk setempat,” kata Senior Manager Terrestrial Program Conservation International (CI) Indonesia Anton Rio.

Pembangunan demplot (demonstration plot atau area percontohan) biogas dilakukan di Pondok Pesantren Sururon. Pondok ini memiliki santri pria dan perempuan, sebanyak 300 orang. Untuk memenuhi akan bahan bakar (kayu bakar dan atau minyak tanah), setiap santri mencari kebutuhan itu ke hutan atau ladang.

Harapannya dengan pengadaan biogas ini dapat mencukupi pasokan bahan bakar bagi santri dan mengurangi ketergantungan para santri untuk mencari kayu bakar. Pada mulanya yang direncanakan dalam pembangunan demplot biogas di dalam program ini adalah dengan ukuran 4 m3.

Namun melihat kebutuhan akan bahan bakar untuk dapur umum yang digunakan lebih dari 50 santri yang masak di dapur umum, maka diputuskan untuk membangun dengan ukuran 6 m3. Menurut Anton Rio, para santri yang sebelumnya memasak dengan menggunakan kayu bakar, kini tidak lagi mencari kayu di hutan atau membeli minyak tanah. Masing-masing dapur pria dan wanita diberikan dua kompor biogas.

Mereka memasak bergantian atau memasak bersama sama, pagi, siang dan sore hari. Untuk menghitung penghematan para santri agar tidak lagi menggunakan kayu bakar berdasarkan perhitungan sederhana sebagai berikut: jumlah santri di Ponpes Sururon saat ini 121 orang terdiri atas putra 64 orang dan putri 57 orang.

Penerima manfaat santri di pondok pesantren yang menggunakan biogas adalah 54 orang atau sekitar 44,6%. Jumlah santri pengguna biogas adalah santri putri 18 orang dan santri putra 36 orang. Bila diperhitungkan penggunaan kayu bakar, para santri ini memerlukan 1.620 kg kayu bakar/bulan, diperkirakan sekali masak santri memerlukan 0,5 kg kayu bakar. Pembangunan demplot biogas kedua dilakukan di Desa Cihawuk dengan ukuran 4 m3.

Pembangunan biogas ini merupakan lokasi kedua setelah pada 2016 berlokasi di Pondok Pesantren Sururon. Harapannya dengan pengadaan biogas ini dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat yang masih menggunakan kayu bakar untuk mengurangi ketergantungan dalam mencari kayu bakar di kawasan hutan.

Mengingat masyarakat di Pasirwangi pada umumnya dan 5 desa dampingan pada khususnya bermata pencaharian sebagai petani sayur-mayur, maka sangat diperlukan sebuah percontohan pertanian dengan menggunakan pupuk alami tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida terutama pupuk dari ampas biogas yang sudah memberikan hasil dan manfaat untuk para santri di Pondok Pesantren Sururon, Desa Sari Mukti.

“Percobaan dengan menggunakan bio slurry (ampas biogas) untuk tanaman daun bawang, tanaman yang umur pendek, dan sudah dapat dipanen. Sebagai pembanding, dilakukan penanaman yang tidak menggunakan slurry. Selain itu, sebagai pembanding juga menggunakan petani lain yang melakukan penanaman daun bawang atau pakcoy.

Percobaan ini akan dilakukan terus menerus, dengan berbagai tanaman yang cepat menghasilkan, tidak banyak memerlukan modal, terutama pupuk dan pestisida untuk mengurangi pencemaran lingkungan,” kata Anton Rio. Kegiatan CI di KPHK Guntur-Papandayan difokuskan di Seksi Wilayah V BBKSDA Jawa Barat. KPHK Guntur Papandayan memiliki topografi bergelombang, berbukit, dan bergunung, serta tebing yang terjal, yang meliputi dua gunung api aktif, yaitu Gunung Guntur dan Gunung Papandayan.

Curah hujan berkisar antara rata-rata 2.500-3,000 mm/tahun. Jenisjenis flora yang terdapat di dalam kawasan di antaranya Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanopsis argentea), Pasang (Quercus ptatycorpa), Kihujan (Engelhardia spicata), Manglid (Magnolia sp), Cantigi (Vaccinium sp.), Suagi(Vaccinium varingifolium), Edelweis (Anaphalis javanica).

Pada 2018, penanaman di dalam kawasan KPHK Guntur Papandayan telah dilakukan pada 7-16 Mei 2018 di Blok Jalan Seni, Datar Rohman dan Berecek seluas 50 hektare. Telah tertanam 30.000 bibit terdiri dari 12.000 bibit Puspa, 6.000 bibit Salam, 4.000 bibit Manglid, 4.000 bibit Kitambaga, dan 4.000 bibit Janitri.

Pemantauan pertumbuhan tanaman pada 19 Desember 2018 telah dilakukan dengan hasil pemantauan diketahui 65% dalam kondisi baik dan 35% diperlukan penyulaman. Pada 22-25 Desember 2018 telah dilakukan penyulaman untuk mengganti bibit yang mengalami kematian 10.500 bibit dengan melibatkan 30 orang masyarakat lokal.

Kegiatan penanaman pohon di luar kawasan KPHK Guntur Papandayan telah dilaksanakan pada Agustus 2016 seluas 50 hektare dengan fokus lokasi di empat desa di Kecamatan Pasirwangi, terutama di lahan kritis di DAS Cimanuk. Jumlah bibit yang sudah ditanam berjumlah 31.975 bibit dari 23 jenis tanaman pada luas lahan 51,10 ha.

Pemantauan dan pemeliharaan tanaman dilakukan sejak September- Desember 2016 dengan hasil monitoring diperoleh 19,8% (sebanyak 6,359 bibit) yang mengalami kematian dari total 31.975 tanaman. Penyulaman telah dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati pada 2017.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6505 seconds (0.1#10.140)